Sesekali dia kembali melihat kearah jam tangannya, udah hampir satu jam dia menunggu di sana. Kemudian dia melirik ke arah handphone, belum ada tanda-tanda pesannya dibaca. Tanpa pikir panjang dia langsung keluar dari tempat itu dan pergi.
Teet,,teett (bel berbunyi).
“Udah duduk dulu sini,nggak capek apa mondar-mandir terus dari tadi” ucapku. Seketika gadis dihadapanku menarik kursi dan duduk di sampingku. Dia Dania. “Lagi-lagi dia ngingkar janji Nes, ntah udah yang keberapa kalinya,huh!” Dania menggurutu kesal. Tiba-tiba handphonenya berdering, ternyata ada Line yang masuk. Andri ternyata baru sampai disana.
”Kau tahu, hal paling menyakitkan adalah ketika kita tidak tahu harus bertahan atau pergi”. Katanya dengan mata yang telah mengembun seiring cerita yang kembali menari-nari di ingatannya,hatinya tiba-tiba sesak. Pandangan matanya terkunci ke arahku.
Tahun ini adalah tahun ke-dua bagi hubungan Dania dan Andri. Dan sepertinya di tahun inilah mulai banyak permasalahan yang menerpa hubungan mereka. Kesabaran dan kesetiaan mereka benar-benar diuji. Setiap hari aku selalu mendapatkan siraman curhatan Dania tentang hubungannya. Memang tahun ini Andri mengambil kerja paruh waktu di sebuah restoran untuk membantu tambahan biaya, dari pagi sampai siang dia kuliah lalu sore hingga malam dilanjutkan bekerja sebagai kasir di tempat dia bekerja. Dipastikan seluruh waktunya dihabiskan untuk kesibukan barunya. Dampaknya tidak lain ke hubungan mereka berdua. Padahal Andri juga selalu berusaha untuk tetap membagi waktunya untuk Dania, walaupun tidak begitu kelihatan di mata temanku.
Dia kembali menghela nafas dengan berat. “I try not to miss him, but in the end I still do” ucap Dania sambil melempar handphonenya ke atas kasur. Terkadang aku juga kesal padanya, kenapa selalu menuntut seseorang menjadi seperti yang dia inginkan sedangkan dia tidak berusaha menjadi. “If you’re searching for that one person that will change your life, take then look in the mirror” jawabku mengakhiri perbincangan kami sore ini.
Langit tampak sangat mendung, kupercepat langkah agar tidak basah kehujanan. Tanpa sengaja aku berpapasan dengan seseorang yang kelihatannya terburu-buru sekali. Titik-titik hujan mulai turun. Aku segera masuk ke dalam sebuah toko buku untuk berteduh,begitupun juga dengannya.
“Hei Nesa mau kemana ? “ sapa Andri tiba-tiba dari belakangku. Akupun menoleh. Cantik sekali buket bunga yang dipegangnya. “Oh hei, aku mau pulang kebetulan hujan ya aku mampir dulu deh” sahutku padanya. Pasti mahal sekali harga sebuket mawar putih yang besar itu,apalagi dibeli dengan uang sendiri. Aku terus mengamati benda yang dipegang ditangannya itu. “Itu mau dikasih ke Dania ya? “ tanyaku padanya. “Gimana nes bagus ya? “ ucapnya. Spontan aku langsung tersenyum. “I-iyaa bagus, kau pintar sekali memilihnya.” Jawabku. Karena hujan sudah reda, kami langsung berniat beranjak pergi dari situ. Terkadang kejutan yang manis bisa dijadikan salah satu cara untuk memperbaiki suatu kesalahan gumamku dalam hati.
Sore ini jalanan sangat macet akibat hujan baru berhenti, kami berdua sampai bingung melihatnya. Tiba-tiba Dania menelponku. ternyata Dania sudah berdiri di depan pintu rumah menungguku. “Kau mau ketemu Andri ya?” tanyaku sedikit berbisik.“Tadi aku jumpa dia di jalan trus kayaknya udah rapi banget gitu” lanjutku lagi. Gadis itu tampak kegirangan disana. “Serius? Tumben dia cepat siapnya,” jawab Dania. Dia sepertinya disana langsung sibuk merapikan dandanannya dan memastikannya sudah rapi. “Kupikir tadi aku harus menunggu lebih lama seperti biasa jadi mau mampir dulu kemari, hehe” ujarnya. Dania langsung mematikan telepon dan bergegas pergi. Sepertinya kencan mereka akan lebih berwarna kali ini. Karena penasaran aku yang kepo langsung diam-diam mengikuti Andri yang baru berjalan tidak jauh dariku.
Kulihat Andri telah sampai disana. Ini bukan tempat yang biasa mereka berdua datangi, dan Dania tidak ada disana. Aku hanya terdiam dan memperhatikan gerak-geriknya dari sini. Tak berapa lama kemudian dia meninggalkan sesuatu disana dan langsung pergi begitu saja.
Tiba-tiba masuk Line dari Dania, “Dan lagi, dia tidak menepati janji untuk tepat waktu datang menemuiku, at least I know, im not his priority”. Namun tak ku hiraukan pesannya.
Setelah Andri beranjak pergi dari sana, aku baru berani keluar dan berjalan ke tempat itu. Kulihat di dalam buket bunga itu ada secarik kertas yang berisi sedikit tulisan. “Selamat ulang tahun Ibu, aku sayang ibu” begitulah isi pesan di dalamnya. Biasanya aku selalu takut untuk berada disini apalagi sendirian, tapi sore ini entah kenapa rasanya berbeda. Suasana di pemakaman terasa begitu hangat bagiku,dan rasanya ingin sekali aku cepat sampai dirumah dan menemui ibuku. Benar, suatu hari nanti kamu akan menyadari bahwa permasalahan utama dalam hidupmu bukan sekedar persoalan asmara. Pada hari itulah, kamu mulai beranjak dewasa.
Created by: Anisah Henndry Yani Ismail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar