Selasa, 26 Juli 2016

Sebuket Mawar Putih


Sesekali dia kembali melihat kearah jam tangannya, udah hampir satu jam dia menunggu di sana. Kemudian dia melirik ke arah handphone, belum ada tanda-tanda pesannya dibaca. Tanpa pikir panjang dia langsung keluar dari tempat itu dan pergi.
Teet,,teett (bel berbunyi).
“Udah duduk dulu sini,nggak capek apa mondar-mandir terus dari tadi” ucapku. Seketika gadis dihadapanku menarik kursi dan duduk di sampingku. Dia Dania. “Lagi-lagi dia ngingkar janji Nes, ntah udah yang keberapa kalinya,huh!” Dania menggurutu kesal. Tiba-tiba handphonenya berdering, ternyata ada Line yang masuk. Andri ternyata baru sampai disana.
”Kau tahu, hal paling menyakitkan adalah ketika kita tidak tahu harus bertahan atau pergi”. Katanya dengan mata yang telah mengembun seiring cerita yang kembali menari-nari di ingatannya,hatinya tiba-tiba sesak. Pandangan matanya terkunci ke arahku.
Tahun ini adalah tahun ke-dua bagi hubungan Dania dan Andri. Dan sepertinya di tahun inilah mulai banyak permasalahan yang menerpa hubungan mereka. Kesabaran dan kesetiaan mereka benar-benar diuji. Setiap hari aku selalu mendapatkan siraman curhatan Dania tentang hubungannya. Memang tahun ini Andri mengambil kerja paruh waktu di sebuah restoran untuk membantu tambahan biaya, dari pagi sampai siang dia kuliah lalu sore hingga malam dilanjutkan bekerja sebagai kasir di tempat dia bekerja. Dipastikan seluruh waktunya dihabiskan untuk kesibukan barunya. Dampaknya tidak lain ke hubungan mereka berdua. Padahal Andri juga selalu berusaha untuk tetap membagi waktunya untuk Dania, walaupun tidak begitu kelihatan di mata temanku.
Dia kembali menghela nafas dengan berat. “I try not to miss him, but in the end I still do” ucap Dania sambil melempar handphonenya ke atas kasur. Terkadang aku juga kesal padanya, kenapa selalu menuntut seseorang menjadi seperti yang dia inginkan sedangkan dia tidak berusaha menjadi. “If you’re searching for that one person that will change your life, take then look in the mirror” jawabku mengakhiri perbincangan kami sore ini.
Langit tampak sangat mendung, kupercepat langkah agar tidak basah kehujanan. Tanpa sengaja aku berpapasan dengan seseorang yang kelihatannya terburu-buru sekali. Titik-titik hujan mulai turun. Aku segera masuk ke dalam sebuah toko buku untuk berteduh,begitupun juga dengannya.
“Hei Nesa mau kemana ? “ sapa Andri tiba-tiba dari belakangku. Akupun menoleh. Cantik sekali buket bunga yang dipegangnya. “Oh hei, aku mau pulang kebetulan hujan ya aku mampir dulu deh” sahutku padanya. Pasti mahal sekali harga sebuket mawar putih yang besar itu,apalagi dibeli dengan uang sendiri. Aku terus mengamati benda yang dipegang ditangannya itu. “Itu mau dikasih ke Dania ya? “ tanyaku padanya. “Gimana nes bagus ya? “ ucapnya. Spontan aku langsung tersenyum. “I-iyaa bagus, kau pintar sekali memilihnya.” Jawabku. Karena hujan sudah reda, kami langsung berniat beranjak pergi dari situ. Terkadang kejutan yang manis bisa dijadikan salah satu cara untuk memperbaiki suatu kesalahan gumamku dalam hati.
Sore ini jalanan sangat macet akibat hujan baru berhenti, kami berdua sampai bingung melihatnya. Tiba-tiba Dania menelponku. ternyata Dania sudah berdiri di depan pintu rumah menungguku. “Kau mau ketemu Andri ya?” tanyaku sedikit berbisik.“Tadi aku jumpa dia di jalan trus kayaknya udah rapi banget gitu” lanjutku lagi. Gadis itu tampak kegirangan disana. “Serius? Tumben dia cepat siapnya,” jawab Dania. Dia sepertinya disana langsung sibuk merapikan dandanannya dan memastikannya sudah rapi. “Kupikir tadi aku harus menunggu lebih lama seperti biasa jadi mau mampir dulu kemari, hehe” ujarnya. Dania langsung mematikan telepon dan bergegas pergi. Sepertinya kencan mereka akan lebih berwarna kali ini. Karena penasaran aku yang kepo langsung diam-diam mengikuti Andri yang baru berjalan tidak jauh dariku.
Kulihat Andri telah sampai disana. Ini bukan tempat yang biasa mereka berdua datangi, dan Dania tidak ada disana. Aku hanya terdiam dan memperhatikan gerak-geriknya dari sini. Tak berapa lama kemudian dia meninggalkan sesuatu disana dan langsung pergi begitu saja.
Tiba-tiba masuk Line dari Dania, “Dan lagi, dia tidak menepati janji untuk tepat waktu datang menemuiku, at least I know, im not his priority”. Namun tak ku hiraukan pesannya.
Setelah Andri beranjak pergi dari sana, aku baru berani keluar dan berjalan ke tempat itu. Kulihat di dalam buket bunga itu ada secarik kertas yang berisi sedikit tulisan. “Selamat ulang tahun Ibu, aku sayang ibu” begitulah isi pesan di dalamnya. Biasanya aku selalu takut untuk berada disini apalagi sendirian, tapi sore ini entah kenapa rasanya berbeda. Suasana di pemakaman terasa begitu hangat bagiku,dan rasanya ingin sekali aku cepat sampai dirumah dan menemui ibuku. Benar, suatu hari nanti kamu akan menyadari bahwa permasalahan utama dalam hidupmu bukan sekedar persoalan asmara. Pada hari itulah, kamu mulai beranjak dewasa.
Created by: Anisah Henndry Yani Ismail

Harapan Yang Tersimpan

Hai.. sudah lama gak ngepost, dan kali ini aku mau bagiin cerita pendek karya temanku tercinta, yaa namanya Anisah Henndry Yani.. Langsung aja ke ceritanya, silahkan dinikmati dan dibaca :D


Lemari ini sudah sangat penuh dengan deretan buku. Anehnya dari semenjak buku-buku itu dibeli belum ada satupun yang dibaca, wajarlah si pemiliki pecinta komik bukan buku novel.
**
Cuaca hari itu sangat terik. Sepasang remaja tengah duduk di meja yang menghadap ke arah jalan raya. Anya mengambil handphone dari dalam tas. “Gimana kak? Hari ini belum juga ada yang beli ya?” tanyanya lewat telepon. “Alhamdulillah Anya, tadi ada yang datang dan membeli semuanya. Nanti aku transfer ya uangnya.” Jawab Kak Sila. Raut wajah gadis itu seketika berubah menjadi riang gembira dan dia langsung tidak sabar untuk memberitahu hal ini kepada seseorang.
Tak berapa lama seorang gadis datang terlambat dan segera menghampiri meja mereka dan langsung duduk bergabung. “Silakan pesan makanan sesuka kalian, karena hari ini aku yang traktir semuanya”. Langsung saja aku memanggil pelayan disana untuk membawakan menu ke meja kami. Sungguh hari itu aku, Anya dan Riza makan siang dengan penuh kebahagiaan untuk merayakan gaji pertama Anya yang didapatkan dari hasil penjualan bukunya.
Setelah novel-novelnya laris terjual hari itu, Anya telah menyelesaikan novel-novel barunya lagi. Optimis harus dimiliki oleh setiap orang, begitu pula dengannya. But, Allah doesn’t delay. His timing is perfect. Tidak ada satupun novel yang terjual kali ini. Dia sangat terpukul dan berniat untuk berhenti dan melupakan mimpinya.
“Untuk apa terus-terusan bersedih seperti itu?!” nada suaraku sedikit meninggi padanya kali ini. Wajahnya tampak mulai memerah kesal. “Emang gunanya apa menulis kesedihan,keputus asaan mu di situ? Nyatanya air mata terus kau keluarkan kan?” tanganku menyambar buku yang dipegangnya lalu kuletakkan di atas meja. “Mulailah berpikir realistis, cari ide baru dan lanjutkan menulis.”ujarku padanya kemudian bergegas pergi meninggalkannya sendirian diruang kelas.
Anya bercita-cita untuk menjadi seorang penulis novel profesional dan berharap suatu saat nanti ada seorang produser film yang ingin menjadikan novelnya sebuah film. Tapi sayangnya dia tidak dilahirkan dengan bakat menulis. Bukan tentang siapa yang memuja kelebihanmu, tapi tentang siapa yang memelukmu setelah tahu kekuranganmu, kupikir itulah untuk apa ada kata “Teman”. Tapi Anya berjanji jika suatu saat dia sudah berhasil, akulah orang yang akan duduk tepat disebelahnya saat menyaksikan penayangan perdana filmnya nanti.
***
“Hei, kau lihat diary ku nggak?” Tanya Anya padaku. Dia mulai kebingungan dan memberantakan seisi kamarnya demi mencari benda itu. “Memangnya kau letakkan dimana tadi?.”jawabku sembari membantunya. “Tadi aku letak di sini, coba deh periksa di dalam tasmu” ujarnya. Sontak aku merasa tersinggung dengan ucapannya barusan. Anya seperti menuduhku mengambil buku diarynya. “That’s what are for I steal it?” jawabku. Dan di hari itulah terakhir kali aku dan Anya mengakhiri dunia pertemanan kami. Sepertinya dia sudah sangat tidak tahan dimarahi olehku setiap kali dia mulai mengoceh kesal,sedih,marah soal ketidak mampuannya menulis. Begitu pula denganku, aku capek harus terus-terusan menyemangati penulis tidak berbakat itu.
Aku lebih suka melihat foto, karena foto tidak akan pernah berubah. Meskipun orang dalam foto itu sudah berubah. Kuakui aku sangat merindukan teman lamaku.
**
Sungguh luar biasa makna dari isi novel ini. Menceritakan kehidupan seorang wanita muslim yang mulai tergoyah akan keimanan terhadap agamanya dan mulai berusaha mencari kebenaran Islam dengan menjelajahi berbagai tempat di seluruh penjuru dunia. Siapapun akan sangat terpengaruh setelah membaca novel tersebut apalagi menyaksikan dalam bentuk audio dan visualnya. Dalam waktu dekat film itu akan perdana ditayangkan di bioskop-bioskop ternama. Banyak orang sampai kecewa karena tidak kebagian tiket disebabkan jumlah peminat film itu sangat banyak.
“Sudah lama aku tidak menginjak kamar ini” ucapnya sambil membuka pintu kamar berwarna pink yang mulai luntur sebab telah habis dimakan waktu. Kebetulan pemilik kamar itu sedang tidak berada di rumah. Kedua bola matanya mulai tertarik mengamati isi sebuah lemari yang dipenuhi dengan sederetan buku-buku tua. “Pantas dulu dia datang terlambat saat aku kabari novel-novelku terjual laris hari itu.” Ucapnya sambil mengambil salah satu buku dari rak itu. “Iya, Nesa lah yang memborong habis semua bukumu karena tidak mau membuat kau patah semangat, Nesa juga tau kau setiap hari selalu mendatangai toko buku Kak Sila walaupun sebenarnya kau tau belum ada yang membeli satupun dari bukumu.” Jawab seorang Ibu dari si pemilik kamar itu. Dia lalu memberikan sebuah kertas kecil yang berisi nomor tempat duduk dan waktunya kepada ibu itu dan langsung berpamitan. Kemudian dia melangkah keluar dari rumah itu sambil membawa pulang sebuah buku di tangannya. Tepat di halaman terakhir buku itu terdapat tulisan “Saat diary ini telah kembali di tanganmu, disaat itulah kau siap menulis curhatan atas kebanggaanmu menjadi seorang penulis sejati di halaman berikutnya ” . Jadi itulah mengapa ada teman yang sekedar menjadi teman, dan ada pula teman yang akan menjadi keluarga.
Nb: this is for my bestpartner ever,im really miss our single time for watching many new films, LOL i dont know when that time ‘ll coming back, hope you know it.
Created by: Anisah Henndry Yani Ismail
Kalau pada kepo orangnya yang mana, search aja deh medsos nya lumayan rame :p