Selasa, 26 Juli 2016

Harapan Yang Tersimpan

Hai.. sudah lama gak ngepost, dan kali ini aku mau bagiin cerita pendek karya temanku tercinta, yaa namanya Anisah Henndry Yani.. Langsung aja ke ceritanya, silahkan dinikmati dan dibaca :D


Lemari ini sudah sangat penuh dengan deretan buku. Anehnya dari semenjak buku-buku itu dibeli belum ada satupun yang dibaca, wajarlah si pemiliki pecinta komik bukan buku novel.
**
Cuaca hari itu sangat terik. Sepasang remaja tengah duduk di meja yang menghadap ke arah jalan raya. Anya mengambil handphone dari dalam tas. “Gimana kak? Hari ini belum juga ada yang beli ya?” tanyanya lewat telepon. “Alhamdulillah Anya, tadi ada yang datang dan membeli semuanya. Nanti aku transfer ya uangnya.” Jawab Kak Sila. Raut wajah gadis itu seketika berubah menjadi riang gembira dan dia langsung tidak sabar untuk memberitahu hal ini kepada seseorang.
Tak berapa lama seorang gadis datang terlambat dan segera menghampiri meja mereka dan langsung duduk bergabung. “Silakan pesan makanan sesuka kalian, karena hari ini aku yang traktir semuanya”. Langsung saja aku memanggil pelayan disana untuk membawakan menu ke meja kami. Sungguh hari itu aku, Anya dan Riza makan siang dengan penuh kebahagiaan untuk merayakan gaji pertama Anya yang didapatkan dari hasil penjualan bukunya.
Setelah novel-novelnya laris terjual hari itu, Anya telah menyelesaikan novel-novel barunya lagi. Optimis harus dimiliki oleh setiap orang, begitu pula dengannya. But, Allah doesn’t delay. His timing is perfect. Tidak ada satupun novel yang terjual kali ini. Dia sangat terpukul dan berniat untuk berhenti dan melupakan mimpinya.
“Untuk apa terus-terusan bersedih seperti itu?!” nada suaraku sedikit meninggi padanya kali ini. Wajahnya tampak mulai memerah kesal. “Emang gunanya apa menulis kesedihan,keputus asaan mu di situ? Nyatanya air mata terus kau keluarkan kan?” tanganku menyambar buku yang dipegangnya lalu kuletakkan di atas meja. “Mulailah berpikir realistis, cari ide baru dan lanjutkan menulis.”ujarku padanya kemudian bergegas pergi meninggalkannya sendirian diruang kelas.
Anya bercita-cita untuk menjadi seorang penulis novel profesional dan berharap suatu saat nanti ada seorang produser film yang ingin menjadikan novelnya sebuah film. Tapi sayangnya dia tidak dilahirkan dengan bakat menulis. Bukan tentang siapa yang memuja kelebihanmu, tapi tentang siapa yang memelukmu setelah tahu kekuranganmu, kupikir itulah untuk apa ada kata “Teman”. Tapi Anya berjanji jika suatu saat dia sudah berhasil, akulah orang yang akan duduk tepat disebelahnya saat menyaksikan penayangan perdana filmnya nanti.
***
“Hei, kau lihat diary ku nggak?” Tanya Anya padaku. Dia mulai kebingungan dan memberantakan seisi kamarnya demi mencari benda itu. “Memangnya kau letakkan dimana tadi?.”jawabku sembari membantunya. “Tadi aku letak di sini, coba deh periksa di dalam tasmu” ujarnya. Sontak aku merasa tersinggung dengan ucapannya barusan. Anya seperti menuduhku mengambil buku diarynya. “That’s what are for I steal it?” jawabku. Dan di hari itulah terakhir kali aku dan Anya mengakhiri dunia pertemanan kami. Sepertinya dia sudah sangat tidak tahan dimarahi olehku setiap kali dia mulai mengoceh kesal,sedih,marah soal ketidak mampuannya menulis. Begitu pula denganku, aku capek harus terus-terusan menyemangati penulis tidak berbakat itu.
Aku lebih suka melihat foto, karena foto tidak akan pernah berubah. Meskipun orang dalam foto itu sudah berubah. Kuakui aku sangat merindukan teman lamaku.
**
Sungguh luar biasa makna dari isi novel ini. Menceritakan kehidupan seorang wanita muslim yang mulai tergoyah akan keimanan terhadap agamanya dan mulai berusaha mencari kebenaran Islam dengan menjelajahi berbagai tempat di seluruh penjuru dunia. Siapapun akan sangat terpengaruh setelah membaca novel tersebut apalagi menyaksikan dalam bentuk audio dan visualnya. Dalam waktu dekat film itu akan perdana ditayangkan di bioskop-bioskop ternama. Banyak orang sampai kecewa karena tidak kebagian tiket disebabkan jumlah peminat film itu sangat banyak.
“Sudah lama aku tidak menginjak kamar ini” ucapnya sambil membuka pintu kamar berwarna pink yang mulai luntur sebab telah habis dimakan waktu. Kebetulan pemilik kamar itu sedang tidak berada di rumah. Kedua bola matanya mulai tertarik mengamati isi sebuah lemari yang dipenuhi dengan sederetan buku-buku tua. “Pantas dulu dia datang terlambat saat aku kabari novel-novelku terjual laris hari itu.” Ucapnya sambil mengambil salah satu buku dari rak itu. “Iya, Nesa lah yang memborong habis semua bukumu karena tidak mau membuat kau patah semangat, Nesa juga tau kau setiap hari selalu mendatangai toko buku Kak Sila walaupun sebenarnya kau tau belum ada yang membeli satupun dari bukumu.” Jawab seorang Ibu dari si pemilik kamar itu. Dia lalu memberikan sebuah kertas kecil yang berisi nomor tempat duduk dan waktunya kepada ibu itu dan langsung berpamitan. Kemudian dia melangkah keluar dari rumah itu sambil membawa pulang sebuah buku di tangannya. Tepat di halaman terakhir buku itu terdapat tulisan “Saat diary ini telah kembali di tanganmu, disaat itulah kau siap menulis curhatan atas kebanggaanmu menjadi seorang penulis sejati di halaman berikutnya ” . Jadi itulah mengapa ada teman yang sekedar menjadi teman, dan ada pula teman yang akan menjadi keluarga.
Nb: this is for my bestpartner ever,im really miss our single time for watching many new films, LOL i dont know when that time ‘ll coming back, hope you know it.
Created by: Anisah Henndry Yani Ismail
Kalau pada kepo orangnya yang mana, search aja deh medsos nya lumayan rame :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar